Mruput, saya sudah menyambangi sejumlah lokasi di Kota Bengawan yang ditengarahi banjir. Benar saja, jalanan seolah berubah menjadi lautan mini, dengan sebagian bangunan rumah tampak menyembul dari permukaan seperti kapal-kapal yang berlayar. Beberapa orang terlihat bertelanjang dada, berenang di tengah-tengah luapan air sembari menenteng sejumlah barang. Sementara anak-anak memilih bermain di lokasi yang terjangkau, tak jauh dari wilayah yang kering.
Gusti Alloh… Solo benar-benar kembali banjir…
Di jagalan, ratusan rumah terendam banjir. Air di kawasan itu berwarna coklat kotor dengan ketinggian bervariasi hingga 1,5 meter-2 meter. Menurut warga air tersebur berasal dari luapan sungai kecil yang melintas di kawasan itu. Air sungai sendiri meluap, lantaran Kali Bengawan Solo yang sedianya menampung semua limpahan air Soloraya, tidak dapat lagi menjalankan fungsinya.
Di Gandekan dan Sangkrah, air berasal dari luapan air Kali Jenes dan Kali Pepe, keduanya bermuara ke Bengawan Solo. Air di kawasan ini tampak lebih jernih. Air mulai menggenangi rumah warga sejak Sabtu dini hari. Sebelumnya, sekitar pukul 23.00 WIB air di kedua sungai tersebut meninggi, hanya saja belum masuk pemukiman warga. Namun, saat dini hari, air merembet ke jalan dan lambat laun memasuki rumah warga.
Di Semanggi, Jl Kiai Mojo dipenuhi air, begitupun ruas jalan di sekitar RS Kustati. Air menggenangi jalan, sehingga menyebabkan arus lalu lintas melambat. Sejumlah petugas Dishub terlihat mengatur arus lalu lintas.
Sedangkan di Joyotakan, air memaksa warga mengungsi di pelataran bangunan sepanjang tepi jalan. Pengungsian mulai dilakukan sejak air Bengawan meninggi, sekitar pukul 23.00 WIB. Pada pukul 03.00 WIB, warga sudah berada di lokasi aman. Sejumlah sekolah dilaporkan tergenang dan ratusan siswa dari sedikitnya 10 sekolah, terdiri dari TK, SD, SMP dan SMK terpaksa libur.
Salah satu sekolah yang saat banjir 2007 lalu selalu menjadi jujukan saya, yakni SD Plalan I dan SD Plalan II, kini kembali jadi korban banjir. Salah satu pengajar menceritakan pada saya bagaimana mereka harus mengamankan berkas-berkas penting sekolah. Mereka menumpuk meja dan meletakkan barang berharga di atasnya, termasuk beberapa unit komputer dan buku siswa. Yang disayangkan, perabotan yang belum lama ini diperbaiki atau diganti akibat rusak pada banjir 2007, terpaksa harus kebanjiran lagi.
Ceritera dari banjir akhir Januari cukup sekian. Semoga, banjir kali ini tak separah tahun lalu. Semoga kita (baca: warga dan semua masyarakat Solo) yang sudah ditempa berbagai permasalahan pada banjir Desember 2007 silam lebih kuat menghadapi musibah kali ini. Amin.
Nuwun.
Read Full Post »